Tumbuhnya rasa cinta relatif mudah. Yang sulit adalah merawat agar cinta dan kasih sayang kita terus membara. Itulah yang terjadi dalam perjalanan rumah tangga. Biduk kapal yang diawali dengan cinta terkadang harus kandas akibat cinta dan kasih sayang antara suami istri menguap. Entah kemana.
Sepotong pengalaman diceritakan Aldi, sebut saja begitu :
Malam sudah sangat larut. Sayup-sayup desing kendaraan masih tetap terdengar. Namun tetap saja sepi memeluk sekujur rumah itu. Aldi beranjak dari pembaringan. Ia memutuskan untuk membasuh wajahnya dan tahajud. Pria yang sehari-hari menaiki Timor ini berpikir mudah-mudahan qiyamulalilnya malam ini bisa membuat dirinya lebih tenang.
Ternyata benar. Basuhan air wudlu dan bertemunya kening dengan sajadah membikin hati dan perasaanya lebih tenang. “Alhamdulillah, setelah tahajud ada ketenangan. Bak segayung air menyirami tanah yang tandus,” ceritanya kepada FIKRI. Padahal, jangka masa tiga setengah jam sebelumnya, hati dan pikirannya sarat gelisah dan gundah gulana. Matanya pun kering mengusir kantuk.
Betapa tidak, malam itu ia bertengkar keras dengan Lena, istrinya. Lena protes dengan tingkah suaminya yang, dianggapnya, sudah tidak memperhatikannya lagi. Sebagai seorang manager dari sebuah perusahaan baru, Aldi terbilang super sibuk. Pergi pagi pulang larut malam. Dan, kalaupun pulang, energinya sudah habis tak terkuras. Sebentar saja bersih-bersih, ganti baju, tak berapa lama kemudian ketemu bantal, ia langsung lenyap. Tidur. “Malam itu, Lena menyiramkan segelas air ke wajahku. Praktis, amarahku muntah kepadanya. Aku bentak dia, eh, dia malah bicara keras. Selanjutnya, bisa ditebak. Kami bertengkar hebat,” paparnya penuh rasa sesal.
“Ketegangan demi ketegangan dalam sebuah rumah tangga, sebenarnya, hal yang lazim,” komentar KH Madrais Hajar, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Bekasi. “Yang terpenting adalah bagaimana kedua pasangan baik suami maupun istri menyikapi ini secara positif dan rasional. Jangan emosional,” tambahnya.
Selain itu hendaknya ada satu pihak yang mengalah ketika pertengkaran terjadi. “Cobalah sang suami bersabar sedikit menanggapi istri yang sedang marah-marah. Atau, sebaliknya. Anggap saja sedang main sinetron dan jangan diambil hati,” saran Madrais.
Hal ini dibenarkan Aldi. Malam kejadian itu, mungkin karena saking lelahnya, ia emosional dan meladeni istrinya. “Saya mengaku salah, malam itu saya langsung bentak dia tanpa bertanya dulu. Bisa saja, perilakunya itu hanya reaksi dari tindakan saya sendiri,” imbuh Aldi.
Pun begitu, Madrais tidak menyarankan untuk membiarkan sang istri atau sang suami marah-marah begitu saja. Bukan berarti dicuekin. Apalagi, asik saja menonton TV. Itu malah membuat sang pasangan sakit hati. “Jangan banyak bicara, lakukan saja. Cobalah dekap erat istri atau suami anda. Buatlah ia tenang dan nyaman berada dipelukan anda. Baru setelah tenang dikomunikasikan dan cari jalan keluar. Jangan pernah bosan membuat kesepakatan baru yang penting keduanya senang sama senang.”